Dekonstruksi dan Rekonstruksi
*Taufiqqurrahman
Sekurangnya itulah yang saya rasakan sebagai warga Negara.
Jadi agak naif, jika masyarakat sekarang menuntut Mr Presiden untuk memenuhi janji-janjinya ketika kampanye dulu menuntut harga murah, menuntut lapangan kerja lebih banyak, menuntut biaya kesehatan BPJS rendah dll- karena memang kosentrasi presiden dan rezim sekarang tidak untuk memenuhi janji-janji itu, tapi berkosentrasi untuk membuat cetak biru Negara ini.
Jadi agak keliru kalau orang menganggap program rezim sekarang tidak berjalan. Memang program dalam bentuk janji-janji itu banyak yang tidak jalan, tapi rencana rezim untuk membuat cetak biru Negara ini berjalan dengan mulus dan hampir selesai.
Seperti apa cetak biru Negara ini? Sama-sama kita lihat saja. Tidak terkatakan tapi bisa dirasakan.
Namun, yang pasti dalam pemahaman dekonstruksi seperti yang dijelaskan di atas, kalau dekonstruksi dipahami sebagai proses penghancuran terhadap anasir-anasir lama -dan Islam dianggap sebagai bagian dari anasir lama tersebut-, maka cetak biru Negara ini akan dibuat tanpa melibatkan Islam.
Kalaupun tidak bisa seratus persen meniadakan Islam, minimal cetak biru ini meminggirkan Islam dari pentas dinamika berbangsa di Negara ini. (*)
*Penggiat Literasi Rumah Bata
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi