Membangun dan Mengelola Apartemen Berbasis Indonesia Multikultural
*Yurnaldi
Jika apartemenya juga berkonsep hunian sekaligus tempat bisnis, maka untuk menghidupkan budaya Indonesia lainnya, hendaknya tersedia ruang-ruang bagi siapa saja untuk menjual kuliner nusantara, sebagai sebuah kekayaan budaya Indonesia. Bayangkan, kalau sebuah apartemen ada 1.000 keluarga, maka sedikitnya terdapat 4.000 jiwa (ibu-papak dan dua orang anak).
Jika setiap keluarga belanja kuliner Indonesia Rp100.000 per keluarga setiap hari, maka perputaran uang mencapai Rp100.000.000 per hari atau Rp3 miliar sebulan. Maknanya mungkin tak sebatas nominal uang yang beredar itu, tetapi bagaimana interaksi warga penghuni satu sama lainnya saat berbelanja dan menjadi tahu bahwa kuliner nusantara yang menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia, memang tak kalah enak dan lezat dengan kuliner mana pun di dunia.
Dari Minangkabau atau Sumatera Barat tak hanya sekedar rendang, sate, soto dan masakan kapau, nasi goreng patai dan jengkol, tetapi juga ada kuliner khas lain seperti kampiun, bubua cande, lopis, lamang tapai, lamang maluo, lapek bugih, lapek sagan, bika, mangkuak, lompong sagu, teh talua, aia aka, kawa daun, es tebak, es durian dan banyak jenis kuliner lainnya. Itu baru dari Sumatera Barat, belum lagi dari daerah 34 provinsi lainnya. Ini membuktikan bahwa budaya Indonesia luar biasa. (*)
*Penulis
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi