Risak di Sekolah dan Kecemasan Orang Tua
*Yosi Molina, M.Psi, Psikolog*
SEMALAM, saya menerima pesan WhatsApp yang menggetarkan hati dari seorang wali murid di SD Lebah Pembelajar Bukittinggi. Pesan itu berisi kekhawatiran tentang maraknya kasus tindakan risak (bullying), yang tidak hanya menimpa anak-anak dan remaja.
Lebih miris lagi, risak semakin sering mengarah ke tindakan kekerasan. Awalnya, saya kaget dan menyangka anak beliau yang sekolah di tempat kami menerima perlakuan bullying dari temannya, ternyata pesan ini merupakan harapan adanya tindakan preventif di sekolah kami.
Meskipun pendekatan pembelajaran di sekolah kami konsisten menerapkan Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK), yang secara berkala mengalirkan pilar toleransi untuk diterapkan oleh anak-anak, video viral tentang kasus bullying yang mengerikan membuat kami menyadari perlunya lebih banyak menyosialisakan pengetahuan tentang bahayanya bullying pada anak-anak di sekolah.
Pesan ini membayangkan perasaan seorang orang tua yang tidak hanya prihatin, tetapi juga khawatir.
Saat melihat video perundungan sesama siswa di Kecamatan Cimanggu, Cilacap, kita menjadi saksi bisu ketidakmampuan beberapa teman sebaya untuk menghentikan tindakan tersebut. Bahkan, beberapa yang berani mencoba melerai justru mendapat ancaman dari pelaku.
Kejadian ini menjadi sorotan karena pelaku utama adalah seorang pelajar kelas 9 SMPN 2 Cimanggu, sedangkan korban adalah adik kelasnya di sekolah yang sama. Polisi telah mengambil tindakan cepat dengan mengamankan pelaku dan memulai penyelidikan lebih lanjut.
Namun, permasalahan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pihak berwenang. Bullying adalah masalah sosial yang memerlukan perhatian dari seluruh masyarakat. Orang tua, guru, dan komunitas sekitar juga harus ambil bagian dalam mencegah tindakan kejam ini.
Peran Utama Orangtua
Orang tua, sebagai gardian anak-anak, harus terbuka terhadap percakapan dengan anak-anak mereka. Ini adalah saat yang penting untuk mendengarkan, mendukung, dan mengajarkan anak-anak kita tentang pentingnya empati dan menghormati perbedaan.
Edukasi tentang tindakan bullying dan dampaknya harus dimulai dari rumah. Orang tua harus menjadi teladan dalam perilaku yang positif dan berempati.
Selain itu, orang tua harus dapat mengidentifikasi tanda-tanda bahwa anak mereka mungkin menjadi korban bullying. Ini termasuk perubahan perilaku seperti penurunan prestasi sekolah, perubahan suasana hati, atau penarikan diri sosial.
*Psikolog Klinis Anak
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi