Geliat Ekonomi Pasar Raya Padang dalam Wajah Kesemrawutan
*Andi ST MT
Mengikuti perkembangan suasana Pasar Raya Padang beberapa hari kebelakang hingga hari ini, jadi suatu hal yang menarik. Memasuki akhir tahun 2022 hingga awal tahun 2023 geliat ekonomi di Pasar Raya Padang mulai terlihat, seolah baru bangkit dari istirahat panjang pasca Pandemi Covid-19.
Para pedagang seakan berlomba-lomba menggelar barang dagangan aneka rupa di antara riuh suara kendaraan dan klakson mobil hingga motor yang lalu lalang berseliweran. Bising suara mesin saling bersahutan dengan raungan suara alat berat pemecah beton sembari menghamburkan partikel-partikel debu menyesakkan nafas, diiringi aroma menyengat dari tumpukan sampah berserakan memecah syaraf-syaraf hidung.
Di sana, aktivitas pedagang dan kegiatan pembangunan saling berbaur, aura pasar terpancar dan wajah kesemrawutan nampak jelas. Suasana sumpek, macet, bising, kotor, bau dan becek berpadu jadi satu, begitulah suasana Pasar Raya Padang hari ke hari.
Kalau kita coba menilik kembali sejarah perkembangan perekonomian dan perdagangan kota Padang dari masa ke masa yang berdasarkan fakta sejarah, keberadaan Pasar Raya Padang pernah menjadi poros utama perputaran roda perekonomian pada masanya, karena dahulunya merupakan pasar tradisional terbesar yang menjadi pusat perdagangan di Kota Padang dan wilayah sekitarnya.
Memasuki tahun 2000-an, Pasar Raya Padang mulai terlihat mengalami kemunduran seiring dibongkarnya Terminal Lintas Andalas dan Terminal Angkutan Kota (Terminal Goan Hoat) yang memiliki peran vital dalam mobilitas masyarakat dan barang serta beragam komoditas lainya.
Kedua bangunan terminal tersebut berubah fungsi menjadi pusat perbelanjaan modern yaitu Plaza Andalas dan SPR Plaza. Dampak yang terjadi akibat tidak adanya terminal tersebut yaitu lalu lalang angkutan kota menjadikan pasar terlihat tidak teratur dan kemacetan dimana-mana.
Sementara itu para pedagang kaki lima yang sebelumnya berjualan di lingkungan terminal beralih memanfaatkan sebagian besar badan jalan untuk menggelar lapak dagangannya.
Puncak kemunduran Pasar Raya akibat terjadinya bencana gempa bumi 2009 yang merusak sebagian besar infrastruktur pasar. Akibat yang ditimbulkan yaitu pedagang kaki lima (PKL) mulai menjamur di seputaran kawasan Pasar Raya.
Pemerintah Kota Padang telah melakukan pembenahan Pasar Raya secara bertahap. Mulai dari pembangunan gedung Pasar Inpres blok I hingga gedung Pasar Inpres Blok IV, namun pembangunan gedung tersebut belum mencukupi kebutuhan tempat bagi pedagang, karena jumlah pedagang kian hari terus bertambah.
Sejarah pasang surut perkembangan Pasar Raya Padang dari tahun ke tahun dimana keberadaan PKL tetap memiliki catatan khusus. Melihat kondisi Pasar Raya Padang beberapa hari terakhir tepatnya pertengahan bulan Januari 2023, kondisi pasar mulai berbeda dibandingkan waktu sebelumnya.
Kawasan yang sebelumnya sangat semrawut, jalan dipenuhi tenda, payung-payung dan lapak-lapak PKL yang berjualan di tengah dan badan jalan serta area parkir, tenda-tenda plastik milik PKL yang membentang sepanjang bangunan pertokoan di kawasan tersebut menutupi wajah toko-toko di depannya mulai ditertibkan.
*Pemerhati Kota
Opini Terkait
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi