CFW, Pewajaran Keanehan Perilaku di Dunia Maya ke Realitas Nyata

*Zainuddin Assyarifie

Sabtu, 30 Juli 2022 | Opini
CFW, Pewajaran Keanehan Perilaku di Dunia Maya ke Realitas Nyata
Zainuddin Assyarifie - Ketua Lembaga Ta'lif Wan Nasyr Jabar

Catatan Global, status pengguna tiktok dunia naik pesat dari 623.174.128 tahun 2020 naik menjadi 1.000.000.000 tahun 2022.

Di Indonesia pengguna media sosial yang berasal dari negeri Tirai Bambu (China) tersebut penggunanya juga naik pesat dari tahun sebelumnya dari 38,7% menjadi 63,1% (Sumber: Hootsuite).

Tidak semata-mata seseorang berani tampil di muka publik tanpa ada sebab, mereka berani menampilkan sesuatu artinya mereka memiliki referensi atau bekal yang cukup untuk melakukannya.

Perlu digarisbawahi, bahwa mayoritas dari peserta CFW adalah pengguna media sosial aktif. Mereka terbiasa berinteraksi di ruang maya, setidaknya 3 jam 17 menit, merujuk hasil survey hootsuite (We are Social).

Setidaknya, terlihat bahwa akumulasi pergaulan di Medsos sudah muncul di dunia nyata, yakni anggapan bahwa laki-laki dengan busana wanita, dianggap hal yang wajar.

Demikian juga dengan maskulinnya wanita di ajang tersebut, seolah bukan masalah bagi para remaja yang hadir di Dukuh Atas. Dugaan sementara, kaum LGBT seolah mendapat ruang untuk mengekpresikan jati dirinya di momen itu.

Masalah pewajaran perilaku remaja laki-laki yang kemayu/genit dan perempuan maskulin tersebut, harus jadi sorotan khusus bagi semua kalangan terutama pemerintah dan para pendidik.

Regulasi mengenai penggunaan media sosial meskipun sudah mulai ditata Kominfo dengan PSE (Penyelenggara Sistem Elektronik), namun usaha-usaha peningkatan mutu Literasi Digital juga harus di massifkan, sehingga para penggunanya mampu menyikapi disrupsi digital dengan baik dan bijak.

Pewajaran perilaku menyimpang ini, tentu tidak bisa dibiarkan karena lambat laun akan menjadi bola salju yang jika terlambat mengantisipasi maka dampaknya akan menjadi penyakit di masyarakat.

Entitas mereka wajib diawasi, dibina dan diarahkan secara kontinyu. Sebab, pada waktunya nanti, mereka akan jadi penyumbang bonus demografi terbanyak.

Jika upaya-upaya produktifitas remaja tidak dilakukan sejak sekarang, maka tunggu 5 sampai 10 tahun lagi, kita akan melihat kegagalan 1 generasi untuk mencapai kemajuan.

Halaman:

*Ketua Lembaga Ta'lif Wan Nasyr Jabar

Bagikan:
Dr dr Zuhrah Taufiqa MBiomed.

Tanggulangi Stunting dengan Edukasi Gizi dan PMT Pangan...

Opini - 03 Mei 2024

Oleh: Dr dr Zuhrah Taufiqa MBiomed

Dr. Rhandyka Rafli, Sp.Onk.Rad(K)

Kesenjangan Pelayanan Kanker: Tantangan dan Harapan

Opini - 01 Mei 2024

Oleh: Dr. Rhandyka Rafli, Sp.Onk.Rad(K)

Muhammad Fadli.
Ketua Pusat Studi Humaniora Universitas Andalas

Fenomena Politik Keluarga dan Tantangan Demokrasi Kita

Opini - 08 Maret 2024

Oleh: Dr Hary Efendi Iskandar

Dr. Hary Efendi Iskandar

Benarkah Gerakan Kampus Partisan

Opini - 27 Februari 2024

Oleh: Dr. Hary Efendi Iskandar