Salingka Maninjau, Bung Hatta dan Literasi Ranah di Hari Buku
*Ilhamsyah Mirman
Meskipun berbagai faktor tersebut membuat secara keseluruhan minat baca Indonesia rendah, masih ada kemungkinan satu dari seribu masyarakat yang memiliki minat besar terhadap buku. Sayangnya minat baca yang rendah berimbas pada produksi buku sehingga harganya mahal. Akhirnya bermunculan pengecer yang menawarkan buku bajakan. Jadi, segala permasalahan terkait literasi di Indonesia pada dasarnya saling terkait.
Yuk ciptakan Kebiasaan Baru dalam diri kita
Banyak yang bisa dilakukan dalam mengatasi kejumudan dunia buku, dalam hal membaca dan menulis ini. Seiring kian dominannya era virtual dan makin signifikan peran dunia digital, maka tidak bisa lagi kita defensif, menghindar dari pemanfaatan kecanggihan teknologi ini. Buatkan anak-anak pojok baca di rumah. Sediakan waktu untuk membaca buku bersama. Jangan biarkan mereka tidak punya waktu untuk membaca tetapi bermain gadget seharian. Jangan beralasan buku mahal. Karena dengan buku anak akan kaya ilmu.
Ciptakan mini library, Isi dengan buku-buku menarik sesuai dengan minat baca. Apabila dirumah ada anak-anak sediakan bahan bacaan yang menarik untuk mereka yahh moms', ajakan simpatik seperti ini membanjiri wall medsos.
Dari Banten, Semarang, Bandung, bahkan kota kecil Jember berlomba-lomba pemerintah daerah, komunitas dan aktivis menyambut kedatangan hari penting ini. Literatuscendekia.one mengadakan kampanye #MajuBersamaBuku secara daring. Sebagai penggerak literasi, gerakan ini diinisiasi untuk mengakrabkan para pengguna media sosial dengan buku. H2O Coffee & Space bersama Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang mengadakan program GELIAT BERGEMA (Gerakan Literasi Atraktif Bergerak Bersama) melalui program KEPO CAH! (KEgiatan POjok baCA Hebat) dengan memberikan sejumlah layanan publik.
Yang lebih menggema Festival Hari Buku Nasional bertema Inspirasi Literasi dari Banten oleh penggiat literasi senior Gol A Gong, yang baru terpilih sebagai Duta Baca Indonesia menggantikan Najwa Shihab. Mereka melaksanakan Tadarus Literasi dan Aksi Sejuta Buku. Tempo Institute dengan webinar gratis From Blog to Book. Adapula Derma Buku yang bertujuan untuk menggalang buku, dari para pegiat literasi, instansi pemerintah maupun masyarakat.
***
Sementara di ranah, sejauh ini tidak ada satu gelombang, bahkan riakpun sepertinya tidak terdengar menyambut Hari Buku. Kondisi yang sama, tidak terasa apa-apa bertepatan dengan Hari Buku Internasional atau Hari Buku Anak Internasional bebeapa waktu lalu. Seakan semangat literasi dan berkarya tulis sudah hilang dari bumi Minang. Sungguh bertolak belakang dengan gemuruh semangat para pendahulu.
Apa tidak menangis para Bapak Bangsa dan intelektual Salingka Maninjau dari pandamnya masing-masing melihat anak cucu menempatkan ilmu dan buku secara serampangan. Entahlah. (*)
*Founder Ranah Rantau Circle (RRC) Institute
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi