Sebelum Ketularan (Konten Kreator)
*Irsyad Syafar Lc
SAYA amati, semakin banyak bermunculan tiktoker atau konten kreator atau apalah namanya, yang ‘memanfaatkan’ orang-orang miskin atau kaum dhuafa sebagai objek konten mereka.
Dengan dalih berbagi atau apalah namanya.
Orang miskin atau kaum dhuafa dikasih uang sejuta atau sejumlah angka yang lumayan.
Tapi, semua itu direkam dan kemudian di-publish untuk diviralkan. Sehingga, kemudian mendapatkan viewer yang sangat banyak.
Ujung-ujungnya si pemilik konten yang justru dapat uang berlipat ganda, jauh berlipat-lipat dari jumlah uang yang ‘disumbangkannya.’
Cara ini telah menjurus ke arah eksploitasi kemiskinan dan kesusahan orang lain demi mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyak.
Secara Islam, ini tidak lagi jadi amal shaleh. Sebab, memberi dengan harapan dapat keuntungan yang lebih besar, itu adalah perbuatan tercela disisi Allah.
Secara sosial, fenomena ini justru akan menambah penyakit baru ditengah masyarakat.
Fenomena gelandangan, anjal, pengemis, badut-badut di lampu merah termasuk manusia-manusia silver di jalan raya, telah jadi penyakit sosial dan permasalahan baru dalam kehidupan.
Viralnya konten-konten tersebut, justru membuat penyandang permasalahan sosial ini semakin meningkat.
Saya dapat informasi, mereka bisa berpenghasilan Rp200an ribu per hari, dengan berdiri di persimpangan atau lampu merah.
*Pendidik, Anggota DPRD Sumbar
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir