NU dan Muadzin Ke(bangsa)an
*Defi Mulyadi
Berapa banyak kita temui di media sosial penceramah yang tidak pernah mengaji dan menggali, tetapi pesannya penuh dengan kebencian, perang, dan permusuhan. Peran santri-santri NU sebagai Muazin Kebangsaan pada era digital semakin luas.
Dulu pergerakan kelompok-kelompok yang mengatasnamakan dirinya sebagai kelompok yang paling benar. Tetapi, menyingkirkan orang yang berbeda dan minoritas bergerak dalam kesatuan yang terlihat.
Pada era media sosial bergerak dari berbagai penjuru, selain langkahnya juga masif menstabilkan pergeraknnya juga tak mudah. Ini lah jihad kebangsaan santri-santri di era digital yang memainkan peran kebangsaan untu menjernihkan ruang virtual dari pikiran-pikiran yang memecah belah bangsa.
Inovasi yang dilakukan oleh kelompok atau individu yang tidak sepakat dengan Pancasila dan Indonesia lewat internet. Dalam rangka Harlah NU ke-95, pesan-pesan inovasi jadi bagian penting bagi NU untuk memperkuat santri-santri dengan perjuangan kebangsaan secara virtual. Nilai-nilai kebangsaan yang sebelum ini hanya populer lewat pertemuaan.
Inovasi nilai-nilai kebangsaan dari offline ke online terus diperkuat, selama ini NU telah melakukan semua itu dengan baik. Namun, pergerakan ini perlu dilakukan secara berjamaah agar perjuangan kebangsaan tidak menjadi perjuangan individu.
Selamat Harlah NU ke-95. Khidmah NU: menyebarkan Aswaja dan meneguhkan komitmen kebangsaan. (*)
*Wakil Sekretaris Jenderal PB PMII
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi