Ansor Padangpariaman Kenang Peristiwa Pembunuhan oleh Tentara Belanda di Surau Batu
Operasi dipimpin Kapten Backer Komando Markas Teritorial Belanda yang bergerak dari tiga jurusan, yaitu dari Selatan melalui Pungguangkasiak, dari Utara melalui Pakandangan dan Kototinggi serta dari Barat melalui Bintungan Tinggi, Pauhkamba, dan Tobohgadang.
Ketiga rombongan menyatu dan bertemu di pasar Sintuak, tepat di lapangan dekat stasiun kereta api Sintuak. Pada pukul 09.00 WIB, ketiga rombongan membawa orang-orang tangkapannya. Tujuan penyisiran menangkap gerilya pemuda pejuang kemerdekaan dan anggota TNI. Namun, setiap laki-laki dewasa yang ditemui digiring.
Di stasiun kereta api Sintuak, semua tangkapan dikumpulkan, dibagi tiga kelompok. Pertama, 20 orang dibawa ke Lubuak Aluang untuk diperiksa. Kedua, 35 orang disuruh pulang. Ketiga, 40 orang dibawa Belanda ke Surau Batu Sintuak.
Baca juga: Komisi I DPRD Sampaikan Permintaan Maaf Usai Beraudiensi dengan PCNU Bukittinggi
Kelompok ini di halaman Surau Batu, mula-mula disuruh duduk melingkar mendengarkan tuduhan sebagai gerilya, ekstrimis, penghianat, perampok dan sebagainya. Walaupun ada di antaranya berteriak menyatakan bahwa ia petani, tidak tahu apa-apa, tidak dihiraukan serdadu Belanda. Kemudian digiring ke pinggir sungai Batang Tapakih berbaris membelakangi kepada serdadu Belanda dan menghadapi aliran sungai.
Tiga senapan mesin siap memuntahkan peluru. Tiba-tiba terdengar komando tembak! Door... door....door. Sebanyak 37 orang tewas. Mayatnya dihanyutkan Batang Tapakih yang waktu itu tengah banjir.
Peristiwa berdarah itu terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Masyarakat setempat tidak ada yang menyaksikan langsung, hanya bunyi tembakan dari jauh. Tiga orang terhindar dari maut. Ketiganya, saat letusan senjata api musuh terdengar, mereka cepat terjun ke sungai. Lalu menghanyutkan diri bersama air banjir.
Masing-masingnya, Zakaria alias Buyuang Gati, ditangkap di Tobohluaparik, Tobohgadang. Setelah hari gelap, baru berani keluar dari sungai dan pulang. Kedua, Hongkong yang dibangunkan ketika masih tidur pukul 05.30 WIB di Bayua Kototinggi. Ketiga, Nasir Labai Buyung Itik, ditangkap tentara Belanda di Surau Buluah Apo Sawahmansi Tobohgadang, ketika selesai shalat Subuh.
Nasir Labai, malam harinya sampai di Balaiusang Sintuak. Ia menceritakan kejadian pada masyarakat setempat. Informasinya dengan cepat tersebar luas dan malam itu juga masyarakat Sintuak bersama-sama membawa lampu petromak mencari korban.
Karena Batang Tapakih banjir, masyarakat kesulitan mencari jenazah korban. Tidak semua korban dapat ditemukan. Hanya beberapa korban dapat ditemukan. Enam korban yang tidak dikenal dikuburkan di tepi Batang Tapakih. Jenazah yang dikenal segera dibawa keluarga dan besoknya dikuburkan di pandan pekuburan masing-masing.
Yang dikuburkan keluarga Nazir, Mulek Dodok dan Yusuf Jalang. Namun dapat dicatat hanya 26 orang teridentifikasi. Tiga orang selamat, 6 orang dikuburkan secara massal dan 5 orang lagi tidak ditemukan. (rls/kyo)
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- Nurnas Serahkan Alsintan untuk 37 Keltan dari 11 Nagari di Padangpariaman
- Hakim MK Nyatakan Gugatan Tri Suryadi-Taslim Lewat Tenggang Waktu
- JKA Sosialisasikan Empat Pilar ke Kader Ansor Sumbar
- Wasekjen Ansor: Ketum Jadi Menag, Ansor Jadi Sorotan
- Optimistis Raih Anugerah KIP, III Koto Awua Malintang Siapkan Branding Nagari