Diskusi Media IKA Unand: Sumbar jadi Wisata Halal, Sari Lenggogeni: Itu Soal Industri Wisata bukan Destinasi
VALORAnews - Direktur Pusat Studi Pariwisata Unand, Sari Lenggogeni mengungkapkan, pemahanam akan konsep wisata halal masih belum utuh disetiap elemen masyarakat kepariwisataan maupun pemerintah. Diketahui, Sumbar telah ditetapkan sebagai daerah World Halal Tourism pada 2016 lalu.
Dikatakan Riri, demikian dia karib disapa, Pusat Studi Pariwisata Unand telah melakukan survei soal wisata Sumbar dengan menghadirkan 600 orang responden. Saat pertanyaan menyangkut deskripsi pariwisata Sumbar, jawaban responden cukup mengejutkan.
"Hanya 5 persen responden yang mendeskripsikan Sumbar dengan wisata halal. Sebanyak 50 persen lebih responden mendeskripsikan wisata Sumbar dengan keindahan alamnya," terang Riri.
Secara statistik, pada 2016 lalu terdapat angka 47 ribu wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sumbar. Mayoritas merupakan wisatawan negara jiran, Malaysia sebanyak 47 persen. Sebanyak 5 persen merupakan wisatawan asal Australia.
Baca juga: PELAKU WISATA Dilatih Pemanduan Wisata Tirta di Pessel
"Wisatawan dari negara-negara midle east (Timur Tengah), hanya 0,01 persen saja. Sangat kecil," ungkap Riri. (Baca: Pembangunan Wisata Sumbar Belum Berorientasi Permintaan Pasar)
Sedangkan wisatawan nusantara, jumlahnya memang besar mencapai 7,9 juta orang (data BPS Sumbar-red). Namun, terang Riri, pengunjung itu didominasi masyarakat kita yang mengunjungi berbagai destinasi wisata yang ada. Kemudian, diikuti masyarakat dari provinsi Riau, lalu Jambi dan Bengkulu. Mereka berkunjung ke Sumbar dengan menggunakan jalur darat. Dari daerah luar Sumatera, jumlahnya tidak signifikan.
"Atas fakta ini, seharusnya kita melihat wisata halal itu tidak pada objek (destinasi) wisatanya. Hal itu tentang industri pariwisata," ajak lulusan School of Tourism Universitas Queensland, Australia itu.
Apa itu industri wisata halal? Menurut Riri, salah satunya di bidang industri garmen (tekstil). "Hijabers yang telah menasional bahkan telah go internasional itu, produknya kita yang bikin. Berasal dari Agam dan Bukittinggi yang terkenal dengan industri garmen," terang Riri. "Kita juga memiliki sejumlah perancang mode di wilayah fashion muslimah ini," tambahnya.
Baca juga: Dinas Pariwisata Padang Latih Pelaku Ekraf Pemasaran Digital
Kemudian, soal kuliner. Rendang juga telah jadi makanan yang disukai lidah mayoritas masyarakat, baik itu nasional maupun internasional. "Apa yang telah kita lakukan untuk rendang ini. Yang ada itu, restoran cepat saja seperti KFC dan waralaba lainnya saja yang menguasai daerah kita," terang Riri. "Kenapa pemerintah tidak memfasilitasi, agar rendang ini bisa dijual secara franchise layaknya KFC dan sejenisnya itu."
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- Data Per Oktober 2024, Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Nusantara Telah Lebihi Target
- PKD 2024 Berakhir, Audy Joinaldy: Promosi Budaya Diperlukan, Komunitas Seniman Butuh Dukungan Finansial
- Irsyad Safar: Event PKD Bisa Pengaruhi Gerakan Pelestarian Kebudayaan
- Pemprov Sumbar Pastikan Telah Libatkan Sanggar Darak Badarak di Belasan Kegiatan, Luhur: Dilakukan Profesional
- Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
Menemukan Kesunyian Paling Syahdu di Simpang Sugiran
Wisata - 03 Desember 2024
Dinas Pariwisata Padang Latih Pelaku Ekraf Pemasaran Digital
Wisata - 02 Desember 2024