Beragama Bukan Soal Berani atau Tidak
*Mochamad Nasrudin
Apakah kita mau mengimani perintah Allah, rosul-Nya serta Ulil Amri atau tidak?
Meskipun itu tidak masuk di akal kita. Tapi kalau Allah dan rosul-Nya serta Ulil Amri memerintahkan, kita wajib menaatinya.
Kalau beragama hanya masalah berani atau tidak. Preman dan pemabuklah yang paling berani melawan bahaya.
Dulu, ketika Rosululloh SAW sepulang dari Isro' dan Mi'raj lalu menjelaskan tentang perjalanan yang super jauh tersebut ditempuh kurang dari semalam, hampir semua sahabat ingkar dan keluar dari Islam.
Satu satunya sahabat yang langsung menyatakan kepercayaannya atas wahyu perintah sholat yang disampaikan Rosululloh adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Abu Bakar mengimani apa yang disampaikan Rosululloh SAW, bukan karena apa yang disampaikan Rosululloh itu masuk ke akal pikirannya. Namun, lebih karena keimanan meskipun nalar dan ilmunya belum sampai.
Saat ini pun, kita diuji kembali oleh Allah. Apakah kita mau mengimani perintah Allah dan rosul-Nya serta Ulil Amri atau kita terus mencari-cari alasan untuk mengingkarinya, karena kita anggap tidak masuk akal atau tidak enak rasanya meninggalkan sholat jamaah di masjid.
Kembali lagi ini masalah beriman atau tidak. Bukan masalah gak enak atau tidak. Bukan juga masalah masuk akal atau tidak.
Beragama juga bukan soal semangat menggebu-gebu tanpa ilmu. Kalau beragama hanya soal semangat dan logika tanpa ilmu dan tuntutan, tentunya Rosululloh akan membiarkan seorang sahabat yang ingin berpuasa sepanjang masa setiap hari.
Nyatanya, Rosululloh melarangnya dan memberikan tuntunan tentang cara berpuasa yang benar. Puasa itu mesti harus memperhatikan hak-hak tubuh. Seperti tidak boleh puasa 24 jam, tidak boleh puasa setiap hari, ada waktu waktu yang diharamkan utk berpuasa.
Ini semua berdasarkan tuntutan ilmu dari nabi, yang dilanjutkan oleh para ulama. Bukan berdasarkan akal sehat, semakin banyak berpuasa semakin baik.
*Monas Inspire Institute
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi